Kerinduan Anak (1)

Sebuah Kerinduan (1)

Terdengar lantunan merdu suara adzan yang berkumandang menembus gendang telingaku yang seakan-akan menyuruhku untuk meninggalkan ruang mimpiku.
“Hoaaahhmm, masih ngantuk!” lirihku pada sang fajar sambil menutup mulutku yang menguap.

Namaku Jeyyan. Beginilah hari-hariku yang harus aku jalani setiap harinya. Bangun pagi dan Shalat Subuh untuk mengawali segala aktivitas dan dilanjutkan dengan membuka buku pelajaran dan mengerjakan pekerjaan rumah.

Setelah semuanya selesai, segera aku berangkat sekolah dengan sepedaku dan menempuh perjalanan selama kurang lebih lima belas menit dari kosku. Ya, aku berasal dari tanah Sulawesi yang menimba ilmu di kota pelajar Yogyakarta. Jauh dari orang tua bukanlah menjadi hambatan untukku demi menuntut ilmu. Setelah sampai sekolah, aku bergegas memasuki ruang kelas dan menikmati pelajaran hari ini.

“Nanti pulangnya agak cepat ya?” aku bertanya pada Cika teman sebangku.
“La ngapa?” balasnya dengan logat Jawa.
“Lloh, kamu nggak tahu? Ada ujian Try Out untuk kakak kelas.”
“Iya, nanti pulangnya cepat. Ada Try Out,” sahut ketua kelas dari belakang tempat dudukku.
“Kriiiiiinnng… Krriinnnggg… Kriiiiinnngg…” bel sekolah berbunyi nyaring menandakan pelajaran hari ini telah usai.
“Horee, pulang!” teriak teman-teman setelah mendengar bel sekolah.

Pelajaran hari ini ditutup dengan membaca doa. Kakiku bergerak cepat menuju ruang kelas sebelah timur dari ruang kelasku. Mataku mencari-cari sahabat semasa kelas sepuluh dulu. Sistem penjurusan membuat kami terpisah. Mereka adalah Hana, Iftita, Nada, Raysa, dan Ira.

Ei, dicariin dari tadi tau!” aku sedikit mengomel.
“Dari tadi juga di sini kali,” jawaban santai dari Iftita.
“Hana kemana?”
“Dia di dalam lab sama Raysa,” sambung Ira.
“Tumben kalian nggak ikut?”
“Iya nih. Bosan di lab melulu. Nggak ada makanan juga.”
“Komputernya tuh jadi makanannya,” aku menyeloroh.
Iftita terbahak, “Dasar aneh!”
“Masuk ke lab aja yuk? Aku mau ketemu Hana,” kataku mengajak Iftita dan Ira. Akan tetapi keduanya menolak ajakanku. Terpaksa aku tinggalkan mereka dan melangkah masuk ke dalam lab.
“Han, nyari apaan?”
“Ini loh, aku mau ngerjain tugas Biologi.”
“Tentang apa?”
“Paru-paru,” Hana menjawab singkat. Tiba-tiba Iftita dan Ira mendatangi kami.
“Jeyyan, Hana, kita ke rumahnya Nada aja yuk! Sekalian beli makan di warungnya Nada. Lapar nih,” ajak Iftita.
Ajakan yang pas dari Iftita. Lagian cacing-cacing di perut sudah protes sedari tadi.
Anggukan setuju dari Hana yang masih bertatap dengan komputer di depannya, “Iya, tunggu sebentar ya.”

Mitra Karunia
Yogyakarta

Sumber: Kuntum, 352 Mei 2014

Bersambung: Sebuah Kerinduan (2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *