Kembar Menggapai Cita 2

Kembar Menggapai Cita (2)

Sambungan: Kembar Menggapai Cita (1)

“Selamat datang, Tuan Tabib. Selamat datang…”
“Lo, aku bukan tabib. Kalian keliru…”
“Kami tak akan lupa pada Tabib. Bukankah hamba sembuh berkat pengobatan dari Tuan Tabib?” kata pemimpin padepokan.

Tandangsah semakin bingung,
“Apakah, Tuan Guru tahu namaku?” tanya Tandangsah menyelidik.
“Semua orang sudah mengenal nama Tuan Tabib. Tuan Tabib bernama Tandangsis. Bahkan anak-anak kecil di desa ini pun tahu nama Tuan,” jawab pemimpin padepokan keheranan.
“Oh, syukurlah kalau Tuan Guru mengenal Tandangsis. Ia saudara kembarku yang sudah lama menghilang. Saya Tandangsah saudara kembarnya,” ujar Tandangsah seperti tak percaya.

Ia lalu menerangkan pada pemimpin padepokan, bahwa kakeknya sedang sakit keras dan ingin sekali bertemu dengan Tandangsis.
“Wah, wajah Anda sangat mirip dengan Tuan Tabib Tandangsis. Ia tinggal di perbatasan kota raja. Ia sangat sabar saat merawat orang sakit. Ia juga sangat teliti dalam meramu obat. Tabib Tandangsis bahkan tidak memungut biaya saat mengobati orang miskin. Baginda Kahiyya sangat sayang kepadanya…” cerita pemimpin padepokan_

Tandangsah sangat gembira karena kini ia tahu di mana saudaranya berada. Segera ia memacu kudanya menuju ke perbatasan kotaraja. Dengan mudah ia bisa menemukan rumah Tandangsis.
“Sakit apa, Tuan …. ?” tanya Tandangsis ketika Tandangsah masuk ke ruangannya.
“Tabib Tandangsis. Kakek Mulawita merindukanmu. Pulanglah walau sebentar,” seru Tandangsah bahagia.
“Ohh, Tandangsah.” Tandangsis memeluk saudara kembarnya itu. Erat.
“Tandangsah! Ketika Ayah dan ibu sakit parah, hatiku sangat kalut. Apalagi setelah mereka meninggal. Aku sedih Karena tak bisa berbuat apa-apa. Itu sebabnya aku ingin belajar ilmu pengobatan. Aku ingin mengobati semua orang sakit. Syukurlah, kini aku telah menjadi tabib…” cerita Tandangsis terisak.

Kedua saudara kembar itu lalu kembali ke desanya. Kakek Mulawita sangat gembira. Tandangsis mengobati kakeknya sehingga sehat kembali. Kini kakek Mulawita rela membiarkan Tandangsis pergi lagi meninggalkannya. Sebab Tandangsis punya tugas mulia, menolong orang-orang sakit.

Ahmad Sobirin

Sumber: Bobo 40/XXXII 13 Januari 2005

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *