Kacamata Anak (1)

Kacamata Hasan (1)

Faisal memasuki ruang praktek dokter Budi dengan pelan. Abi menyertainya di belakang. Dokter mata itu tersenyum menyambutnya. Kemudian mempersilakannya duduk di kursi pasien. Abi duduk di bangku putih di ujung ruang praktek itu. Di depannya ada meja kecil penuh majalah.

Dengan cermat, dokter Budi mulai memeriksa mata Faisal.
“Ada apa, Cal? Mata kamu sehat dan bagus kok. Paling hanya lelah saja,” dokter Budi bertanya setelah selesai memeriksa mata Faisal dengan alat semacam lampu senter itu.Faisal tidak mendengarnya.
“lya dok, si lcal beberapa hari ini banyak membaca sambil tiduran. Seringnya malah memilih tempat yang remang-remang. Mungkin memang kecapekan,” Abi menimpali.

Faisal menatap Abi dengan pandangan tidak suka. “Ah, Abi seperti mata-mata saja!” gerutunya.
“Banyak tugas ya?” dokter Budi bertanya Iagi. Dia berjalan membelakangi Faisal ke lemari obat. Abi masih duduk di bangku putih itu Sambil membaca majalah.
“Mata lcal minus nggak, dok?” Faisal bertanya mengalihkan pembicaraan.
Dokter Budi tertawa kecil, “Alhamdulillah, tidak apa-apa.Nanti kalau obatnya diminum, lnsya Allah cepat baikan.”

Setelah membayar biaya berobat, Abi dan Faisal pamit meninggalkan poliklinik itu. Sesampainya di rumah, Faisal tak henti-hentinya menggerutu. Usahanya selama dua minggu ini sia-sia saja. Padahal berbagai cara untuk membuat matanya minus telah dilakukannya. Mendekatkan jarak baca, membaca sambil tiduran, menyingkirkan wortel dan papaya, serta memilih tempat baca yang remang-remang.

Faisal bersungut-sungut. Diingatnya Iagi kejadian dua minggu yang Ialu. Saat itu, Hasan membuat seisi kelas mereka gempar; datang dengan penampilan baru, berkaca mata! Hasan jadi tampak jauh lebih tampan. Lebih keren dan gaya.

“Nah, Hasan terlihat lebih tampan jika berkaca mata, ya?” teman-teman ramai memberi komentar. Hasan tersenyum dipuji seperti itu. “Aku minus satu,” Hasan mencoba menjelaskan. Jujur saja, menurut Faisal, Hasan memang lebih tampan. Diam-diam ada perasaan cemburu di hati Faisal.

Bersambung: Kacamata Hasan (2)

Sumber: Adzkia 06 November 2006

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *