Penyair adalah fisikawan Ia memahami titik didih puisi Adalah seratus derajat nyeri Bila tak percaya, panaskan puisi Dan liahtlah gelembung apakah berbunyi Saat api takView More
Author: tlabo
Cinta Senja (2)
Sambungan: Cinta Senja (1) “Ada apa?” tanya Isna seperti menangkap suasana hati Ran. “Tidak… mm… lebih baik kamu segera pulang,” kata Ran dengan nada tegas.View More
Murka dari Keadilan
Jarum kebebasan seakan tumpul oleh tusukan para penghianat Borgol yang mengikat mereka seakan using dimakan waktu Jeruji besi tak mampu menahan godaan para penghalal dosaView More
Jangan Pergi, Keti! (2)
Sambungan: Jangan Pergi, Keti! (1) “Aris! Kamu mau ke mana lagi Nak? Hujannya masih deras,” sergah ibu. “Tapi bu, Keti masih ada di lapangan. KasihanView More
Abiku Sayang
Abi Engkau tak pernah lelah Setiap hari mengantarku ke sekolah Abiku sayang… Abiku yang pejuang Engkau gigih mencari nafkah Mengajar di sekolah Abiku sayang… PagiView More
Cinta Senja (1)
Isna tak enak hati. Matanya menerawang jauh ke jendela. Ia gelisah. Bagaimana tidak? Jika belakangan ini ia sering terbayang sosok yang sering menghantuinya. Ran. SemingguView More
Mengenang
Jika semua yang ada telah berlalu Jangankan burung mentari pun enggan menyambut Hati gundah pikiran melayang-layang Semua pergi hilang ditempa kesunyian Bersama lembaran kertas tebalView More
Kemurnian Sahabat (1)
Sani, itulah nama yang diberikan oleh ayahku, tepatnya Sani Anggraeni. Begitu indahnya nama yang diberikan kepadaku dan aku sangat bahagia memiliki ayah yang sangat baikView More
Seikat Mawar untuk Ibu
Persembahanku untuk ibu Sri Suwarni Engkaulah telaga itu Jernih air yang menawarkan lelah-penat jiwaku Keteduhan menghadirkan ketenangan bagi anakmu Dan jika lama aku merantau RindukuView More
Segelas Air Teh Hangat (2)
Sambungan: Segelas Air Teh Hangat (1) Tanpa pamit dan botol minuman, akhirnya aku berangkat ke sekolah untuk berbuka bersama. Aku juga tidak berharap ibu membawaView More