Sambungan: Boneka Panda dan Es Krim Vanilla (1)
Satu set es batu berbentuk kubus-kubus kecil seperti tahu apa yang dipikirkannya. Mereka saling berebut untuk mengatakan, “Kami tahu apa yang kau pikirkan. Tapi segala selalu mempunyai kegunaan masing-masing sesuai waktu.”
“Maksudmu?”tanya es krim vanilla. “Kami tak akan mengatakannya padamu. Kau akan tahu sendiri nantinya,” jawab mereka sambil tersenyum penuh teka-teki. Akhirnya es krim vanilla tak lagi bertanya.
Keesokan paginya es krim vanilla terus menunggu. Beberapa kali kulkas terbuka, ia tak melihat wajah Lorena yang lucu itu. Kemana dia? Apa Lorena lupa padanya? Es krim vanilla hampir putus asa. Tapi di tengah siang hari, wajah Lorena muncul di pintu kulkas yang terbuka. Pipinya terlihat merah dan dahinya berkeringat. Ia masih memakai seragam putih merah. Lorena memandanginya dengan senyum lebar.
Ia berpaling sesaat untuk berseru, “Mama, aku sudah boleh memakannya, kan? Hari ini nilai latihan matematikaku sepuluh, Ma!”
Tak terdengar sahutan untuk beberapa detik. Lorena masih menunggu. Lalu terdengar suara mamanya berkata, “Oke, sayang_ Itu hadiah untukmu.”
“Yes!” seru Lorena dengan raut wajah senang.
Sebelum membuka tutup cup es krim, Lorena berkata, “Aku sudah tak sabar untuk memakanmu. Kalau kau kumakan semalam, bisa-bisa aku sakit perut. Tapi kalau kumakan di siang yang panas ini, setelah pulang sekolah, dan setelah mendapat nilai sepuluh… waaah rasamu pasti enaaak sekali…”
Es krim vanilla mulai mengerti. Sesuatu akan terasa lebih berharga bila didapatkan dengan sebuah usaha, dan dinikmati pada waktu yang tepat.“
Oya, apa kalian tahu mengapa di dalam kulkas tak ada es krim vanilla yang lain? Kalian pasti bisa menebaknya. Karena es krim es krim sebelum ini tak pernah bertahan lebih dari sehari di sana. Lorena sudah menghabiskannya!
Rae Sita Patappa
Sumber: Bobo 40/XXXII 13 Januari 2005