Kuas Ajaib (2)

Sambungan: Kuas Ajaib (1)

Dengan sedikit heran, Odey mengambil ranting dan bulu musang itu. Seketika berubahlah benda itu menjadi sebuah kuas yang indah. Musang itu pun lenyap. Odey kembali ke rumah dan menyimpan kuas itu di bawah tempat tidurnya.

Suatu hari, saat Odey pulang dari mencari kayu bakar, di dalam rumahnya berdiri seorang anak kecil. Pakaian anak itu sangat kumal dan tubuhnya bau. Rupanya pengemis kecii itu baru saja diusir oieh ibu dan saudara-saudara Odey. Karena kasihan, Odey memberinya sepotong kue dan susu.

“Anak kecil, di mana keluargamu’?” tanya Odey. Tiba-tiba pengemis kecil yang bernama Marthy itu menangis. ia teringat ketika terpisah dari kakaknya saat berburu di hutan.

Air mata Odey menetes ketika mendengar cerita Marthy. Karena merasa kasihan, Odey minta izin pada keluarganya untuk menampung Marthy di rumah. Mendengar hal itu, ibu tirinya sangat marah. Begitu juga dengan keempat kakaknya. Odey pun diusir dari rumah itu. Dengan sedih Odey meninggalkan rumahnya bersama Marthy.

“Kakak, maafkan aku. Karena aku, kakak diusir. Aku berjanji. Setelah kakakku ditemukan, aku akan membahagiakan Kakak!” janji Marthy sambil menangis.

Sepanjang perjalanan, Odey berpikir untuk melukis wajah Marthy. Odey ingin sekali menyebarkan lukisan wajah Marthy ke seluruh Kota. Agar Marthy mudah ditemukan keluarganya. Tiba-tiba Odey teringat kalau ia tidak bisa melukis. Odey menjadi sedih sekali. Tetapi ia lalu teringat pada kuas pemberian musang. Dengan dibantu Marthy, Odey mencoba melukis. Ia sangat kaget, karena lukisannya sangat mirip dengan wajah Marthy. Berkat kuas ajaib itu, Odey bisa melukis sangat indah.

Lukisan-Iukisan itu lalu mereka tempeikan di sudut-sudut kota. Tidak berapa lama kemudian, datanglah pasukan berkuda dengan seorang pangeran muda yang tampan. Rupanya pangeran itu adalah kakak Marthy. Mereka berpisah sewaktu berburu di hutan. Karena bantuan Odey, Marthy akhirnya ditemukan.

Pangeran sangat berterimakasih pada Odey. Tak berapa lama kemudian Pangeran menikah dengan Odey dan mereka hidup bahagia.

Otny Maltasan
Sumber: Bobo 40/XXXII 13 Januari 2005

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *