Sambungan: Persahabatan Penipu (1)
Suatu hari mereka berunding untuk menjadi pedagang. Perjalanan ke kota memerlukan waktu tiga hari. Mereka masing-masing harus menyiapkan bekal untuk tiga hari. Namun, walau mereka telah bersahabat, sifat curang masih ada pada diri mereka.
Diam-diam Doma berencana untuk memakan bekal Roga saja. Begitu juga sebaliknya. Mereka lalu menyuruh istri masing-masing untuk mengisi tas bekal mereka dengan kapur, bukan dengan tepung gandum.
Kedua penipu itu pun berangkat. Mereka berjalan sepanjang hari tanpa makan. Kemudian berhenti di suatu tempat yang biasa dipergunakan para pedagang untuk beristirahat. Mereka mengumpulkan ranting-ranting untuk membuat api. Lalu mengambil air untuk membuat kopi.
Doma berkata, “Tas bekalmu kelihatannya sangat berat. Supaya bebanmu ringan, hari ini Kita bikin roti pakai tepung gandummu saja dulu. Besok baru pakai tepungku.”
“Tidak. Tidak berat” sahut Roga cepat. “Malah kamu yang tampak kelelahan karena tasmu berat. Lebih baik hari ini kita pakai tepung gandummu.”
Akhirnya sepanjang malam itu mereka berdebat dan tidaK makan sedikitpun. Esok harinya. Dengan perut lapar mereka melanjutkan perjalanan. Di hari kedua itu. kejadian yang sama terulang. Doma dan Roga berdebat soal tepung gandum. Akibatnya mereka melanjutkan perjalanan dengan perut lapar.
Malam hari, mereka kembali berhenti di tempat yang biasa digunakan para pedagang untuk beristirahat.
“Mari kita membuat makan malam,” kata Doma.
“Mari! Kita sudah lapar hingga tidak bisa berjalan.” kata Roga.
“Kau yang buka tas ransummu terlebih dahulu,” kata Doma.
“Jangan! Kau saja yang iebih duiu buka tas ransummu,” kara Roga.
Setelah lagi-lagi berdebat panjang, Doma akhirnya mengalah. Ia membuka tas ransumnya. Lalu pura-pura terperanjat dan berkata. ‘Apa ini? Yang ada di tasku bukan tepung gandum! Tapi kapur! Istriku pasti sedang mempermainkanku! Bagaimana denganmu, teman? Kau pasti tidak akan membiarkanku kelaparan. Sepanjang perjalanan ini, kita gunakan tepung gandummu saja dulu. Setelah pulang, pasti akan kubayar dua kali lipat.”
Roga membuka tas ransumnya. “Celaka!” serunya terkejut. “Istriku dan istrimu rupanya telah sepakat untuk mempermainkan kita. Coba lihat! Isi tasku juga kapur!“
Kedua penipu itu saling pandang. Tidak tahu apa yang harus diiakukan. Tidak lama kemudian mereka pun tertawa terbahaK-bahak. Saling mengerti apa yang terjadi sebenarnya. Akibat kecurangan itu, mereka berdua kelaparan seiama tiga hari tiga malam.
(Cerita dari Afrika, diterjemahkan oleh Djoni)
Sumber: Bobo 40/XXXII 13 Januari 2005