“Bu, besok Ahad sore sekolah ada buka bersama, kira-kira makanan apa yang aku bawa ke sekolah ya bu?”
Tanyaku seraya mendekat ibu yang sedang mengupas bawang merah.
“Budi maunya apa? Nanti ibu coba buatkan atau membeli di warung mak Dirah.”
“Ya sudah terserah ibu saja. Oh ya bu, kalau minumnya aku ingin seperti teman-teman bu, pakai botol minuman yang bentuknya bagus-bagus itu lho bu. Bisa tidak bu?” pintaku penuh harap.
“Ya sudah, nanti coba ibu usaha carikan ya nak,” jawab ibu sembari tersenyum.
“Makasih bu. Horeeee!”
* * *
Hari Ahad akhirnya tiba. Siang hari selepas bermain, aku menghampiri ibu di dapur.
“Ibu, sudah siap semua belum bekal untuk nanti sore?” tanyaku bersemangat.
“Alhamdulillah sudah nak, tapi hanya pakai semur tempe, tidak apa-apa kan” Oya, ibu juga belum mendapatkan botol minuman yang kamu minta. Ibu sudah cari-cari ke tetangga,tetapi tidak ada yang punya. Ehm, apa nanti ibu bawakan saja segelas teh hangat waktu menjelang buka.”
“Hah, tidak ada bu? Masa pakai gelas? Nanti ditertawakan teman-temanku dong,” ujarku kesal bukan kepalang. Lalu aku melengos pergi.
“Budi, Budi,… mau ke mana?”
Aku tidak menyahut dan terus melangkah pergi. Benar-benar kecewa perasaanku.
* * *
Tiba di rumah Amin, teman akrabku di kelas, rupanya dia sedang sibuk merapikan bekal makanannya.
“Kamu enak ya Min, bekal makanan dan tempat minmannya sudah lengkap. Botolnya bagus banget lagi,” ujarku iri pada Amin.
“Memangnya kamu belum Bud? Eits, sedang puasa tidak boleh pasang wajah emberut gitu dong.”
“Lho, memangnya kenapa?” Amin penasaran.
“Ya, dari kemarin aku sudah pesan pada ibu supaya disiapkan botol minuman seperti punyamu itu. Tapi ternyata tidak bisa,” terangku denngan nada kesal.
“Ya setidaknya ibu kan sudah berusaha memberikan yang terbaik buat kamu Bud. Masa kamu ngambek seperti itu sih?” Amin mencoba menghiburku.
“Pokoknya aku kesal Min. Kesal, kesal, kesal.”
Marsubiyanto
Tegal, Jateng
Sumber: Kuntum, 349 Februari 2014