Sambungan: Kado yang Indah (1)
Yulia menunduk kecewa. Bunda menatapnya penuh pengertian. Sambil mengangkat tempe goreng dari penggorengan, Bunda memberi jalan keluar.
“Kado itu kan tidak perlu dibeli. Kamu bisa mencoba bikin sendiri”.
Yulia terdiam. Benar juga. Dia harus mencari ide membuat kado sendiri.
Setelah merenung beberapa saat di kamar, akhirnya YuIia mendapat ide cemerIang. Ia Ialu tampak sibuk memnlih kardus bekas di gudang belakang. Juga mengambil keranjang bambu Bunda.
Yulia juga meminta bumbu dapur dari Bunda, seperti merica, kayu manis, jintan, kapulaga, bunga lawang, dan ketumbar. Setelah bahan-bahannya lengkap dengan semangat Yulia mulai membuat hasil karya di kamarnya.
Beberapa saat kemudian, hasil karyanya telah jadi. Yulia menghambur dari kamar mencari Bunda untuk menunjukkan hasil karyanya itu.
“Bingkai foto yang indah!” pekik Bunda tertahan.
“Tidak malu kan memberikan benda ini sebagai kado, Bunda?” tanya Yulia.
“Kenapa mesti malu. Ini justru membanggakan. Kado yang dibuat dengan hasiI keringat sendiri.
Kamu memang anak yang kreatif,” peluk Bunda.
Yulia merasa hatinya tenteram
Hari ulang tahun Bayu pun tiba.
Seperti yang dijanjikan,Yulia berangkat ke pesta itu bersama Dina dan Wiwik.
“Oya, kamu kasih kado apa, Yulia?” tanya Dina.
Yulia hanya tersenyum.
“Pokoknya ada aja!” cetus Yulia seperti iklan di tv.
Mereka tergelak bersama.
Setiba di Iokasi pesta, Bayu menyambut mereka dengan ramah.
Acara ulang tahun berlangsung meriah.
Yulia tak menyangka. Beberapa hari kemudian Bayu menemuinya di perpustakaan.
“Terima kasih ya kadonya. Bingkai foto yang unik dan indah. Papa dan Mama suka melihatnya. Sampai-sampai mereka menyuruh memajang foto ulang tahunku di bingkai foto itu,” ujar Bayu ramah.
Yulia tersipu salah tingkah. Ah, ia tak menyangka, kalau bingkai kardus bekas dan rempah bumbu dapur Bunda itu mendapat pujian.
Deni Syahputra
Sumber: Bobo 29/XXXII 28 Oktober 2004