Yulia melangkah menuju perpustakaan. Tapi-tiba langkahnya terhenti karena Dina dan Wiwik temannya memanggil namanya. Eh Yulia… ada kabar gembira. Kita dapat undangan. Minggu besok Bayu ulang tahun. Kita datang bareng ya?” ujar Dina seraya menyodorkan kartu undangan.
“Bayu yang mana?” Yulia mengernyitkan dahi seraya memperhatikan kartu undangan berbentuk
baju cantik.”
“Bayu anak kepala sekolah,” jelas Wiwik.
“Oya?” Yulia terbelalak.
“Pasti pestanya meriah, ya?” ujar Dina.
“Kita mesti tampil cantik di pesta itu,” kata Wiwik.
Yulia tidak jadi ke perpustakaan. Dina dan Wiwik menyeretnya ke bangku taman sekolah. Mereka sibuk berencana untuk menghadiri pesta itu.
“Aku kasih kado apa ya?” Dina tampak berpikir.
“Jam weker sepertinya lumayan keren. Untuk membangunkan dia setiap pagi,” Dina tertawa renyah.
“Tapi itu kan harganya mahal,” ujar Yulia.
“Tidak apa-apa. Aku akan minta uang sama Papa.”
“Kalau aku akan kasih kado sepatu olah raga,” pasti Mama mengizinkan ujar Wiwik tersenyum.
“Kamu kasih kado apa, Yulia?” tanya Dina dan Wiwik berbarengan.
“Apa, ya?” Yulia tampak bingung.
“Lihat nanti sajalah,” ujarnya kemudian.
“Tapi yang penting kita perginya bareng ya?” tegas Dina.
Pulang sekolah Yulia terus berpikir tentang undangan ulang tahun Bayu. Kado apa yang harus dibelinya? Kalau Dina dan Wiwik gampang. Orang tua mereka punya banyak uang.
Akan tetapi, ketika di rumah, Yulia mencoba mendekati bundanya di dapur. “Siapa tahu Bunda punya uang simpanan,” pikir Yulia.
“Bunda, aku ingin beli kado ulang tahun teman,” ujar Yulia hati-hati.
“Yulia, Bunda tidak punya uang.”
Deni Syahputra
Sumber: Bobo 29/XXXII 28 Oktober 2004